Perjanjian Lama (Islandia)
Bagian dari seri mengenai |
||||||||||||||||||||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
Sejarah Islandia | ||||||||||||||||||||||||
Abad Pertengahan | ||||||||||||||||||||||||
|
||||||||||||||||||||||||
Zaman Modern | ||||||||||||||||||||||||
|
||||||||||||||||||||||||
Topik terkait | ||||||||||||||||||||||||
Lini masa sejarah Islandia | ||||||||||||||||||||||||
Perjanjian Lama (bahasa Islandia: Gamli sáttmáli) adalah nama perjanjian yang menyatukan Islandia dengan Norwegia. Perjanjian ini juga dikenal dengan nama Gissurarsáttmáli yang berasal dari Gissur Þorvaldsson, kepala suku Islandia yang menganjurkan perjanjian ini. Namun, "Perjanjian Lama" mungkin merupakan hasil dari kesalahpahaman sejarah. "Perjanjian Lama" atau Gamli sáttmáli adalah pembaharuan perjanjian pada tahun 1302, sementara perjanjian 1262 adalah perjanjian Gissurarsáttmáli.
Perjanjian ini disepakati pada tahun 1262–1264 oleh kepala-kepala suku utama Islandia dan Raja Haakon IV dari Norwegia serta penerusnya, Magnus VI. Sebelumnya, Islandia mengalami perang saudara selama beberapa dasawarsa akibat perselisihan antara kepala-kepala suku Islandia, sementara Raja Norwegia mencoba memperluas kekuasaannya dengan membantu keluarga Sturlung.
Menurut perjanjian ini, orang Islandia harus membayar pajak kepada Raja Norwegia, tetapi sebagai gantinya mereka memperoleh undang-undang, jaminan perdamaian serta sarana transportasi antara Norwegia dengan Islandia. Orang Norwegia dan Islandia juga mendapat hak yang sama di negara masing-masing. Undang-undang Persemakmuran Islandia kemudian diperbaharui dan undang-undang yang bernama Jónsbók dikeluarkan pada tahun 1281. Perjanjian ini lalu diperbaharui pada tahun 1302 atas desakan dari Raja Haakon V dari Norwegia.
Terdapat beberapa penjelasan mengapa kepala-kepala suku Islandia mau tunduk kepada Raja Norwegia:
- Mereka sudah bosan berperang dan merasa bahwa perjanjian dengan raja akan membawa perdamaian
- Mereka takut bahwa raja akan mengembargo Islandia kecuali jika mereka mau setia kepadanya
- Gereja mendukung penyatuan Islandia dengan Norwegia
- Kepala-kepala suku Islandia menerima perjanjian ini agar dapat menjadi bangsawan
- Orang Islandia belum mengenal gagasan kedaulatan dan nasionalisme modern
- Kekuatan raja lebih kuat daripada Persemakmuran Islandia[1]
Catatan kaki
[sunting | sunting sumber]- ^ Karlsson, Gunnar (2000). The History of Iceland. hlm. 85–87.
Daftar pustaka
[sunting | sunting sumber]- Árni Daníel Júlíusson, Jón Ólafur Ísberg, Helgi Skúli Kjartansson Íslenskur sögu atlas: 1. bindi: Frá öndverðu til 18. aldar Almenna bókafélagið, Reykjavík 1989
- Patricia Pires Boulhosa Icelanders and the Kings of Norway: Medieval Sagas and Legal Texts, The Northern World, Brill Academic 2005